Tampilkan postingan dengan label Bali Tempo Dulu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bali Tempo Dulu. Tampilkan semua postingan

Prajurit Bali selalu siap di depan istanah

Pemuda bersama ibunya, 
dari foto ini menggambarkan bahwa pemuda ini adalah seorang satria utama 
(perwira prajurit), Keris sakti terselip di belakang.

Penguasa daerah setara kepala desa (penghulu desa)

Putra-putri ningrat bali, 
apabila keluar dari rumah/istana haris dikawal oleh cantrik/prajurit

Istana raja, 
dikelilingi oleh punggawa kerajaan yang setia.

Wanita Bali dalam judul Wanita Bali Tempo Doeloe, Perspektif Masa Kini karya I Nyoman Darma Putra, dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana. Dalam buku ini, Darma Putra tegas mengatakan bahwa wanita Bali “tempo doeloe” sangat vokal dan berani menyampaikan aspirasinya.

Menurut Darma Putra, wanita terpelajar Bali tahun 1930-an, ketika Indonesia masih dijajah Belanda, berani tampil membentuk organisasi Poetri Bali Sadar (PBS) yang gerakannya ditujukan secara khusus untuk membantu kaum wanita agar bisa meraih kemajuan seperti kaum laki-laki.

Menurut Darma Putra, keberanian wanita Bali “tempo doeloe” juga besar artinya kalau dilihat dari kerasnya tekanan penjajah Belanda. “Belanda tidak ingin ada organisasi dinamis, yang membuat masyarakat sadar bahwa penjajah itu jelek. Tetapi, wanita terpelajar kita waktu itu bisa mendirikan organisasi, bukankah mereka hebat?” tambah Darma Putra mencoba memberikan persepsi baru citra wanita Bali.

Penari Pendet tahun 1936
Tarian bersama dalam upacara

Perempuan Bali 
bekerja membantu suami dan keluarga, dengan berdagang di pasar.