Tampilkan postingan dengan label Sejara Malang batal jadi Ibu Kota Negara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejara Malang batal jadi Ibu Kota Negara. Tampilkan semua postingan

Dalam zaman pendjadjahan Djepang, Malang telah pula menarik perhatian para achli2 siasat Djepang, sedang kesatuan tentara Djepang jang terbesar ialah Katagiri Butai, telah pula ditempatkan di Malang. Pendapat para achli2 siasat Djepang ialah bahwa gunung2 maupun pegunungan2 disekitar Malang adalah tepat dan baik sekali untuk didjadikan pangkalan perang-gerilja setjara besar2an. Perhatian demikian tidak tetap tinggal perhatian belaka, melainkan teah dibuktikannja dengan njata. Di Malang Utara, Barat, Timur maupun dipantai Selatan telah dibuatnja perbentengan2 jang teguh-kuat, sekaliannja untuk memperkuat Malang sebagai kota pertahanan.
Demikianlah persamaan pendapat kedua bangsa pendjadjah ini tjukup sudah membuktikan kebenaran kesimpulan, bahwa letak Malang adalah amat strategis, belum lagi bila nanti kota2 Probolinggo, Pasuruan serta Bangil di Utara, dan Wonogoro serta Popoh di Selatan telah dibangun mendjadi kota pelabuhan. Maka kini kesimpulan penilikan kota Malang dari sudut strategi ialah sebagai berikut :
- Gunung serta pegunungan jg mengelilingi kota Malang merupakan "natuurlijke verdedigingsgordels" jang kuat
- Djalan2 keluar masuk kota ada enam buah
- Banjak sungai2 jang sangat tjuram sehingga terputusnja djembatan2 berarti hambatan jang hebat bagi musuh jang memakai gemobiliseerde serta gemechaniseerde troepen;
- Tidak djauh letaknja dari kota2 pelabuhan (Surabaja d.s.b.) sehingga sangat menguntungkan perhubungan tjepat
- Lapangan terbang telah ada, bahkan tiga buah (Singosari, Sengguruh, Kedungkandang), sedang perluasannja mudah pula dikerdjakan
- Penduduk tjukup insjaf tentang pertahanan sehingga kota Malang sukar diserbu oleh penjerang.
Dilihat dari sudut strategi dalam hubungan dengan peperangan modern, maka letaknja kota Malang sangat baik. Pertahanan dynamis dimana orang melakukan serangan dengan tenaga api jang kuat dan ketjil, didaerah Malang tjukup baik. Tentang pendirian bangunan2 dibawah tanah (berhubung dengan bahaja bom) dapat dikatakan mempunjai kemungkinan2 jang lebih baik dan lebih ekonomis dari pada kota2 dipesisir. Konsentrasi meriam2 penangkis di-gunung2 disekitar Malang terhadap kapal2 terbang jang terbang rendah dapat mentjegah kapal musuh membawa hasil. Mengadakan camouflage jang baik di-gunung2 bagi meriam2 penangkis2 demikian adalah lebih gampang dan murah dari pada dipesisir. Berhubung letaknja Malang djauh dari laut maka kota ini tidak dapat ditembaki oleh kapal perang.
Selandjutnja daja radio-aktif digunung2 ada lebih kurang dari dipesisir; akibat dari bom2 atoom karenanja dikota Malang ada lebih sedikit dari pada di Djakarta, Surabaja dan kota2 lain ditepi laut.
Luasnja serta keadaan daerah.
Luasnja daerah jang termasuk dalam lingkungan kota Malang berdasarkan Undang2 Negara jang masih berlaku, adalah 80 Km2.
Letak kota Malang dipelembahan pegunungan setinggi 444 meter (430 m/470 m), jang merupakan sebuah "sleuf", dibatasi oleh gunung-gunung Kelut Kawi, Welirang dan Ardjuno disebelah Barat, Semeru, Bromo dan pegunungan Tengger disebelah Timur, sedang kedjurusan Utara dan Selatan lembah ini merupakan sebuah terusan-terbuka (corridor). Keadaan demikian memberikan kepada kota Malang iklim jang sangat baik, hawa sedjuk selalu, sedang temperatuur peralihan antara siang dan malam tiada terlalu ?menggundah?.
Sekalipun lembah daerah Malang ini tiada sempurna lurus-mendatar tetapi agak melandai (helling kurang dari 1,8% , rata2 0.7%), namun keadaan demikian tiada berpengaruh besar kepada keadaan dalam kota, misalnja soal lalu-lintas. Bahkan, landalan ini sangatlah menguntungkan sesuatu usaha untuk memelihara kesehatan kota (waterafvoer, stadsreiniging, spoelleidingen).
Padatnja penduduk.
Djumlah penduduk kota Malang pada saat ini adalah 271.870 djiwa. Daerah subur serta iklim jang baik adalah salah satu daja penarik untuk mengalirkan penduduk baru ke Malang, sedang banjaknja djumlah perguruan2 merupakan pula sjarat jang penting.
Djumlah penduduk hingga saat ini kian hari kian meningkat ; berikut disadjikan daftar penduduk, terbagi-bagi menurut kewargaan-negaranja:
Warga Negara :
| ||||
Th.
|
Indonesia
|
Asia lainnja
|
Europa
|
Djumlah
|
1920
|
35.165
|
4.312
|
3.504
|
42.981
|
1930
|
70.662
|
8.521
|
7.463
|
86.646
|
1940
|
142.286
|
12.233
|
13.869
|
168.388
|
1946
|
204.274
|
19.935
|
2.444
|
226.653
|
1954
|
236.445
|
33.521
|
1.904
|
271.870
|
Surutnja djumlah penduduk bangsa Europa adalah terutama disebabkan pergolakan pada zaman ini. Sebagai telah dikatakan, djulah 226.653 pada tahun 1946 adalah penduduk asli semata-mata, tiada terhitung 70.000 orang pengungsian.
Gedung2 serta perumahan2 lainnja.
Menurut djenis bentuknja maupun luas datarannja, maka gedung2 serta perumahan2 dalam kota Malang serta sekitarnja, terbagi-bagi sebagai berikut:
- Djenis: I ?hoofdgebouw? seluas 151 M2 lebih ;
- Djenis: II ?hoofdgebouw? seluas 101-105 M2 ;
- Djenis: III ?hoofdgebouw? seluas 51-100 M2 ;
Berikut disadjikan daftar gedung2 maupun perumahan2 lainnja tersusun menurut djenisnja masing2
Djenis gedung / perumahan serta djumlah
Letaknja di
|
I
(Besar)
|
II
(Sedang)
|
III
(Ketjil)
|
Djumlah Seluruhnja
|
Malang-Kota |
706
|
2.076
|
156
|
2.938
|
Lawang |
374
|
53
|
31
|
458
|
Singosari |
45
|
38
|
116
|
199
|
Batu |
184
|
83
|
175
|
442
|
Sengkaling |
26
|
21
|
57
|
104
|
Djumlah : |
1.335
|
2.271
|
535
|
4.141
|
Dalam djenis I termasuk gedung2 Pemerintahan. Perguruan-perguruan Menengah. Kantor-kantor Bank, Geredja, Mesdjid, gedung2 pertundjukan d.1.s., sedang Gedung-Rakjat-Indonesia jang pernah didjelmakan mendjadi Gedung Parlemen Indonesia adalah pula salah satu gedung2 kebanggaan kota Malang. Gedung Setasiun Malang Kota jang serba modern itu merupakan pula gedung hiasan kota Malang.
Penghibur dan Olah-Raga.
Sebagai ?Taman-Penghibur? di Malang tersedia 6 buah gedung pertundjukan (bioscope/sandiwara), dengan Rex-bioscope sebagai pelopornja. Disamping ini, maka tersedia pula:
1) Petamanan-Kota di dua tempat seluas ? 10 ha;
2) Aloon2 Kota jang kini sebagian didjelmakan mendjadi pasar kembang;
3) Lapangan olah-raga, lebih dikenal dengan nama ?Gelangang Kota Malang?.
untuk segala djenis olah-raga mulai dan athletiek, berenang, sepak-bola, tennis
hingga kepada berpatju-sepeda;
4) Lapangan Rampal untuk berlatih ketentaraan . d.s.b;
Untuk olah-raga berdjalan banjak tempat2 pegunungan jang tidak djauh letaknja dari kota (Wendit, Tumpang, Badut) jang mudah ditjapai dengan berdjalan kaki, sedang untuk bertamasja serta istirahat tersedia pula kota2 pegunungan sebagai Pudjon, Selecta, Nongkodjadjar, Tosari, Tretes serta Sumberbrantas dan Songgoriti dengan sumber2nja air-panas.
Lalu-lintas dan perhubungan.
Landaian sebesar rata2 0,7% tidak menjebabkan naik turunnja djalan jang belebih-lebihan. Di dalam kota hanjalah terdapat sebuah kenaikan djalan (2.5%) sepandjang 100 meter (djembatan Kali Brantas-Tjelaket), sehingga perhubungan dalam kota dapat diselenggarakan dengan betjak, dokar, tjikar maupun dengan mobil. Djalan2 jang menghubungkan pelbagai bagian daerah kota dapat disimpulkan sebagai berikut:
a) Karangan dengan debiet : 50 L./ : 20 meter diaspal : 5 km ;
b) Djalan raya selebar 8 a 16 meter diaspal : 45 km ;
c) Djalan raya selebar 8 a 16 meter belum diaspal : 5 km ;
d) Djalan ketjil (kampung dsb.) diaspal : 25 km ;
Djalan2 raya hampir seluruhnja telah dihias dengan trottoir untuk keamanan lalulintas umum serta pohon2 untuk naungan. Selandjutnja ? ? dari djalan2 tersebut memperlukan perbaikan.
Perhubungan dengan luar kota maupun dengan daerah2 lain, diselenggarakan dengan pelbagai alat2 perhubungan dan pengangkutan :
a) Bus, mobil, truck dsb, melalui djalan2 Negara, Pemerintahan daerah2 dsb., jg. "trace" maupun ?alignement?-nja baik serta tidak berat;
b) Trem kedjurusan Singosari, Tumpang dan Dampit;
c) Kereta-api jang traject seluruhnja termasuk djalan kereta-api golongan ke I, dan daerah2 djauh diluar kota;
Demikianlah, perhubungan dalam dan luar kota dapatlah sudah dianggap memuaskan, sekalipun perbaikan dalam soal ini dihari kelak masih dapat dan pasti pula dikerdjakan orang. Ditilik dan sudut pereconomian keadaan demikian amat menguntungkan, sedang perhubungan ini penting pula artinja untuk pembangunan kota Malang baru, dikemudian hari. Daerah2 sumber pelbagai bahan2, misalnja Probolinggo: kajudjati; Malang-Selatan: pasir, kapur, dsb, telah terhubungkan dengan kota Malang dengan kereta-api, trem, lori maupun tjikar, sedang Setasiun Malang Kotalama telah pula merupakan sebuah ,,Goederenstation.
Perdjalanan kereta-api Malang-Surabaja (waktu lampau) hanjalah memakan waktu 90 menit, sedang perhubungan ini setiap harinja diselenggarakan 14 kali (,,Vlugge Veertien?). Kini perhubungan kereta-api Malang-Surabaja memakai lokomotip2 diesel, sedangkan bus tiap 30 menit menghubungkan kedua kota besar tsb. Dengan adanja kota2 pelabuhan nanti (Pasuruan, Probolinggo, Bangil, Surabaja) maka dalam keadaan sekarang maupun dikelak kemudian hari Malang tiada dapat terpisahkan danpada rantai perhubungan international. Lapangan terbang di Singosari dengan dua buah "startbanen" besar, sepandjang 2000 meter serta selebar 100 meter, di Kedungkandang (Timur-kota) dengan sebuah "starbaan" sepandjang 1500 meter dan selebar 100 meter merupakan "schakel" pula dalam perhubungan tjepat dan international ini. Selain dari pada rentjana ini jang telah pernah dikandung Belanda pada tahun 1930, ialah untuk membangun pulau Sempu (60 km Malang-Selatan) mendjadi sebuah pelabuhan penghubung antara Indonesia Australia, rasanja dapat kita laksanakan.
Djaminan Air-minum.
Air-minum untuk keperluan kota tjukup terdjamin. Sumber2 air-minum jang terdapat di daerah Malang (dekat Batu ? 25 km) ialah
a) Karangan dengan debiet ? 50 L./sec.
b) Binangun dengan debiet ? 160 L./ sec.
Dari sumber Binangun untuk keperluan
a) Karangan dengan debiet ? 50 L./sec
Kekurangan air minum mudah dapat ditjegah dengan penambahan beberapa sumber lainnja. Dalam daftar berikut diuraikan beberapa sumber2 lainnja jang dapat diperuntukkan menutupi kemungkinan kekurangan air minum kota Malang:
Letaknja
| |||
Nama Sumber
|
Tinggi
|
Djarak dari Kota Malang
|
Minimum debiet L./sec
|
Binangun |
? 835 m
|
? 25 km
|
? 160
|
Sumbersari |
? 750 m
|
? 25 km
|
? 80
|
Tjandi kemadu |
? 800 m
|
? 25 km
|
? 460
|
Rining-gemule |
? 1000 m
|
? 25 km
|
? 460
|
Djumlah
|
? 850 L./sec
|
Sumber Tenaga Listrik
Centrale tenaga listrik Mendalan dan Siman pada musim kurang hudjan (kemarau) dapat mengeluarkan tenaga listrik sebesar ? (20.000 + 7.000) = 20.000 kw, sedang untuk karesidenan Malang, Surabaja dan Kediri diperlukan (50.000 + 8.000 + 4.000) =17.000 kw. Dimusim hudjan maka sudah barang tentu aliran tenaga ini lebih besar adanja. Selain daripada ini disekitar kota Malang terdapat pula beberapa ?tjalon2? centrale baru :
I. Sengguruh (Kepandjen ? 25 km) ? 7.000 kw;
II. Tempur (Pasirian ? 75 km.) ? 10.000 kw ;
Demikianlah dalam soal penerangan serta tenaga listrik untuk pembangunan kota Malang tjukup terdjamin.
Sungai2 jang melalui kota Malang.
Kali Brantas jang melalui kota Malang serta Metro dan Kali Bango jang dekat kota Malang, kesemuanja adalah merupakan :bantuan alam? semata-mata, untuk mendjaga kesehatan kota (spoelleidingen) maupun untuk menambah ketjantikan kota. Kali Brantas misalnja, hingga dekat kota sudah mempunjai luas-datar-pengairan (afwateringsgebied) seluas ? 10 km2, sedang debietnja sedikit2nja adalah 2,9 M3/sec.
Untuk pembersihan seluruh kota sekarang baru dipergunakan 1,3 M3/sec, sehingga tjukup banjaklah sudah debiet Brantas ini.
Selandjutnja berbeda sekali dengan daerah lain2, umpamanja Kali Tjikapundung di Bandung jang selalu merupakan ?last? dan setiap tahunnja membahajakan kota serta penduduknja, maka Kali Brantas di Malang merupakan suatu ?oplossing? untuk kota serta penduduknja.
Apabila kita menilik riwajat Ibu Kota Negara2 jang telah lama merdeka, maka njatalah kepada kita bahwa tempat itu adalah tempat jang sungguh beriwajat jang dapat membanggakan hasil kebudajaan bangsa2 tadi.
Demikian maka teringat akan:
- New Delhi dengan Kila-Koma, Purana-Kila;
- Rangon dengan Srohe-Dagon;
- Bangkok dengan Phra-Keo, Wat-Tsjeng, Wat-Po;
- Tokyo dengan Daibutsu-Koeil;
- Parijs dengan Notre-Dame, Louvre dan Pantheon;
- London dengan Westminster-Abbey, St.Paul's Kathedraal, Tower;
- Moskow dengan Kremlin dan Sint-Basilius;
Maka demikian pulalah hendaknja dengan Ibu Kota Negara Republik lndonesia jang hendak dibangun ini. Sepatutnjalah Ibu Kota ini didirikan didaerah jang njata2 mempunjai riwajat, tidak hanja menurut dongengan2, tetapi dengan bukti2 jang njata pula misalnja peninggalan2 kebesaran zaman purba dlm. pelbagai lapang kebudajaan.
Apabila kita meneliti beberapa daerah dengan katja-mata sedjarah ini, maka tiada salahnja apabila Malang kita sebut daerah jang beriwajat, lebih dari daerah2 lainnja. Kita mengetahui, bahwa dengan berdirinja keradjaan Singosari, mulailah suatu usaha bangsa kita jang njata untuk menjusun kekuatan nasional dengan dasar persatuan jang kuat. Singosari terkenal sebagai suatu keradjaan jang kuat dan disegani,bukannja sadja di Nusantara, melainkan dan bahkan pula sampai djauh diluarnja, misalnja hingga di Asia Tenggara dan Timur (Tiongkok). Adanja duta Tiongkok pada istana Singosari adalah bukti jang njata. Djika zaman sebelum Singosari ialah zaman Daha, terkenal sebagai zaman keemasan suatu tjabang kebudajaan jang berkenaan dengan kesusasteraan, maka zaman Singosari adalah zaman meningkatnja ilmu bangun2nan serta memahat patung hingga setinggi-tingginja sebagai belum pernah terdjadi dalam zaman sebelum itu, dan kini belum pernah pula diatasi sesudah zaman Singosari itu. Tjandi2 Kidal, Djago, Singosari adalah peninggalan2 kebesaran zaman Singosari ini.
Keindahan artja2 sebagai Pradjn-japaramita dan Mandjoesjri dari zaman itu, hingga sekarang masih mengagumkan.
Kesemuanja ini adalah mengandung sjarat2 jang patut dimiliki oleh sesuatu Ibu Kota Negara.
Demikianlah, sedjarah adalah suatu factor jang teramat penting, tidak dapat ditinggalkan, suatu sjarat mutlak dan suatu keharusan pula untuk membangun sesuatu Ibu Kota Negara.
Sjarat2 ini telah dimiliki oleh kota Malang, sehingga patutlah Malang ditundjuk mendjadi Ibu Kota, lebih2 lagi, karena peninggalan dan warisan2 pendjadjahan hampir2 tiada tampak.
a) Masa peralihan ;
Dalam masa peralihan kita harus menindjau, adakah Malang sanggup untuk memberikan djaminan, djika kedudukan Pemerintah Agung sekarang djuga dipindahkan ke Malang. Untuk mengimbangi keadaan demikian, maka apakah jang harus kita tindakkan ? Gedung didalam kota Malang, di Batu maupun di Lawang tjukup banjak dan luas pula untuk dapat mentjukupi keperluan ruangan2 pelbagai djawatan Pemerintah, Ambassades d.1.l., dalam sementara waktu ini. Adapun gedung2 ini kini kebanjakan dipergunakan oleh badan2 perdjoangan, badan2 usaha d.s.b., jang nanti dapat dipindahkan misalnja ketangsi2 jang pada azasnja masih tjukup luas untuk diisi. Hanjalah perumahan tangsi ini banjak jang rusak sehingga perlu diperbaiki terlebih dahulu. Sudah barang tentu pemindahan ini akan menimbulkan kesukaran2, tetapi dengan sekedar sikap bidjaksana, misalnja dengan pemberian penerangan2, maka kesukaran2 ini akan dapat kita atasi. Tentang kesanggupan kota Malang untuk menambah djaminan kepada penduduk kota jang pasti akan bertambah djumlahnja berhubung dengan pemindahan Pemerintahan Pusat, tidak perlu dichawatirkan, berdasarkan kenjataan, bahwa hingga kini tiada tampak tanda2 akan adanja atau adanja kekurangan makanan serta minuman, sekalipun Malang pernah menerima sedjumlah 70.000 orang pengungsi dari daerah lain.
Mungkinkah dikandung kechawatiran, bahwa kota Malang kian hari akan bertambah kian surut sehingga achirnja akan mendjadi sebuah kota "mati" Kemungkinan demikian patut kita kupas seksama, berhubung pula dengan pengembalian2 kota2 jang kini diduduki Belanda kepada fihak Republik.
Seorang stedebouw kundige pada tahun 1935 telah meramalkan, bahwa kota Malang bukannja akan "mati", melainkan dan bahkan pula senantiasa akan kian meluas, terutama disebabkan oleh letaknja setinggi 444 m sehingga kebaikan iklim terdjamin, lagi pula oleh perkebunan2 (bergcultures) jang terdapat di daerah Malang.
b) Masa sesudah peralihan ini ;
Disamping ini sjarat2 stedebouw telah pula dipenuhi, dan dapat dilaksanakan paralel dengan stedeschoon, sedang perlaksanaan stedebouw dengan kedua bagaiannja, ialah opbouw dan uitbouw tjukup terdjamin adanja. Sjarat2 ketiga ini tidak mudah dipenuhi oleh daerah2 lain. Daerah2 untuk verkeers-, woon-, industrie- dan ontspanningsdoeleinden tjukup tersediakan, demikian pula halnja dengan groen- dan re-creatie-gebieden. Adapun ramalan tsb, didasarkan pula kepada djumlah penduduk jang kian lama bukannja kian susut, melainkan kian bertambah dan meningkat.
Djumlah penduduk jang pada tahun 1920 ada 42.981 orang, pada tahun 1936 telah mendjadi 95.375 djiwa. Selandjutnja stedebouwkundige tsb, mengemukakan pendapatnja, bahwa dalam sedikit waktu lagi Malang menghadapi penambahan djumlah penduduk jang mengagumkan. Ramalan demikian achirnja njata tiada meleset. Dalam tahun 1946 djumlah penduduk kota Malang meningkat mendjadi 226.653 orang tiada terhitung 70.000 orang pengungsi sedang ditahun 1954 djumlah penduduk jang tertjatat ada 271.870 djiwa.
Selain dari pada "bevolkings-aanwas" ini, maka sjarat2 lainnja untuk mendjamin langsung-hidup maupun kemadjuanja telah dipenuhi oleh kota Malang. Adapun jang mengenai uitbouw, ditilik dari sudut kesehatan maka sebaiknja apabila djalannja uitbouw ini ialah ke Barat dan Utara, karena daerah2 ini sehat lagi pula pemandangan alamnja tjukup indah pula, selandjutnja kesukaran2 technisch tidak akan banjak timbul. Selain dari pada itu letak kota Malang jang djauh dari "tectonische epicentra" (dekat Nusakambangan serta Wonosobo) sedang "epicentra" jang agak dekat (jang pernah diketahui ialah: Timurnja semenandjung Blambangan dan 100 ? 200 km. Selatan dari Pantai-Selatan Malang) tidak perlu menimbulkan kechawatiran dalam usaha membangun gedung2 "Kebesaran-Negar"?, sekalipun kemungkinan timbulnja gempa-bumi tetap patut diperhatikan, karena pulau Djawa adalah memang penuh bergunung api.
Dalam soal lalu-lintas dan perhubungan pun Malang meghadapi kemungkinan2 jang luas. Lapangan terbang jang sudah ada dapat diperluas, diperbaiki serta diperlengkapi untuk dapat melajani perhubungan udara jang sempurna.
Dalam pada itu perlu dikemukakan, bahwa ahli2 penerbangan berpendapat, bahwa lapangan terbang di Singosari adalah jg terbaik diseluruh Djawa, karena luasnja tanah-datar Singosari/Sundeng dengan corridor Lawang-Kepandjen, lagi pula karena terangnja udara (tidak mistig).
Tenaga listrik jang tjukup banjak sumber2nja serta tjukup kuat pula, membuka kemungkinan2 ?electrificatie locaal transport?, sedang bukan barang mustahil pula bila kelak di Malang berdjalan sebuah ?trolley?. Perhubungan tjepat Malang-Surabaja sekarang telah diselenggarakan dengan ?diesel electrische treinen?.
Dalam soal ?industrialisatie? tenaga listrik ini merupakan pula factor jang penting. Dan dalam hal inipun Malang menghadapi kemungkinan jang tiada terkirakan luasnja. Tanah2 dalam daerah kota seluas 4.225 ha,kini merupakan tanah-persediaan untuk melaksanakan segala kemungkinan2 itu, sedang diluar daerah kota masih be-ratus2 ha. tanah jang dapat dipergunakan pula.
Demikianlah, maka factor2 sekaliannja ini silih-berganti akan hidup-menghidupkan, saling dorong-mendorong, mendjamin seteguhnja langsung-hidupnja, meluasnja serta madjunja kota Malang dihari kemudian.
Djakarta Ibu Kota utk, penduduk 28.110.760, Malang Ibu Kota utk. Penduduk 50.277.940, Tjatjah djiwa K.D.N. tg. 1 Djanuari 1953.
Dalam artian geopolitis maka pemindahan Ibu Kota Negara dari Djakarta ke Malang itu akan mempunjai effect jang sangat besar. Boleh dikatakan bahwa peristiwa itu ibarat seorang jang berpaling muka. Hal itu perlu sekali diselidiki dengan lebih mendalam lagi. Negara kita jang karena stelsel pendjadjahan Belanda terpaksa berkiblat kebarat akan memutar mukanja kearah dirinja sendiri.
Usaha2 jang besar jang kita kerdjakan sebagai bangsa sebelum ada pendjadahan untuk mempersatukan kepulauan Nusantara telah terdjadi puntjak2 kekuasaan Negara2 di Djawa Timur, jaitu Erlangga dalam zaman Djenggala di Sidohardjo, Gadjahmada dalam zaman Modjopahit di Modjokerto dan Kertanegara dalam zaman Tumapel di Singosari. Sudah tentu usaha2 itu bukanlah merupakan aksi kebetulan atau berdasarkan alasan2 jang hanja subjectief belaka, tetapi melihat akan ulangan2 jang dikerdjakan beberapa kali selama sekira 4 abad lamanja itu, tentunja gerakan itu harus didorongkan oleh alasan2 jang objectif djuga. Factor2 objectif apakah jang menjebabkan bahwa kita dapat lebih mudah merangkaikan kesatuan Negara kita itu djustru dari daerah DjawaTimur, itulah jang perlu kita selidiki dengan benar2. Disini kita hanja dapat melukiskan dalam garis besar sadja.
Djika kita mempeladjari peta dan Negara Indonesia dengan Irian Baratnja, maka kita dapat melihat bahwa Malang letaknja lebih dekat pada daerah2 Indonesia dari pada Djakarta. Djumlah djarak dari Djakarta ketiap2 Ibu Kota daerah Swatantra ke I dan Irian Barat di Fak-fak atau Babo ialah sekira 1089 ukuran, sedang dari Malang djumlah itu hanja 972 ukuran, jaitu menurut skala dalam atlas, terpautnja ialah sedikitnja 1500
KM.
Perbedaan djarak tersebut lebih menjolok lagi djika kita bandingkan dengan daerah-daerah dalam Negara. Djika Ibu Kota Negara dipindahkan dari Djakarta ke Malang, maka jang akan ?rugi? atau akan mendjadi lebih djauh dari Pusat Negara ialah hanja Sumatra dan Djawa-Barat sadja, Sedang lain2 daerah propinsi dan Irian Barat, jaitu daerah selebihnja, malah akan mendjadi lebih dekat letaknja dari Pusat Negara.
Djarak dari Djakarta ke Semarang, Djokja, Surabaja, Bandjarrnasin, Singaradja, Makasar, Ambon dan Irian Barat jang sekarang total djumlahnja ialah 720 ukuran, akan berkurang mendjadi 480, apabila Ibu Kota berpindah ke Malang, sehingga daerah2 jang kita sebut diatas itu akan mendjadi sepertiga lebih dekat dari Pusat Negara. Kita seolah2 ?melangkah masuk? dalam wilajah Indonesia.
Pemerintah Indonesia sebagai kepala Rumah dan kepala Somah lebih pantas kiranja duduk dikamar dalam dari pada selalu diserambi muka dari Negara.
Daerah Indonesia minus Sumatra dan Djawa-Barat, jaitu daerah Negara jang luasnja sedikitnja dari Negara dan berisikan penduduk 50.277.940 djiwa, akan mendjadi dipindahkan ke Malang. Kita akan mendekati "centrum" Negara, seperti pemindahan2 Ibu Kota New Delhi, Moskou, Ankara dan lain2. Bandar2 pelabuhan dagang ditinggalkan untuk lebih mendekati daerah.
Djakarta itu sebenarnja hanja dekat pada Djawa-Barat dan Sumatra, berpenduduk 28.110.760, jaitu daerah2 jang umumnja dahulu dizaman pendjadjahan telah mendapat perhatian jang melebihi dari daerah2 jang lain. Pemerintah di Djakarta ialah pheripheris, membelit dipetit Negara, sedang Malang ialah centristis, berakar dipungung Negara. Djakarta ialah enclave sambungan dari Den Haag jang "menghadap" pada Eropah umumnja dan "moederland" chususnja, sedang Malang berdiri tegak sebagai menara jang dapat menjinari daerah2 Negara jang begitu luas, jaitu daerah "Indonesia Baru".
Indonesia Baru tersebut jang mengandung segala kemungkinan seharusnja sebagai kekuatan Negara Nasional, sebagai halnja Sovjet Russia membangun Donetz, Magnitsgorsk, Stalingradnja dan sebagainja.
Djawa-Timur ialah pusat Indonesia. Djarak Sabang ke Malang ialah sama dengan djarak Malang ke Babo Irian Barat, jaitu 2400 KM atau sekira 8 djam dengan kapal terbang.
Palembang dan Djakarta ialah merupakan kedua lobang hidung b?rnafas bagi perekonomian kolonial, diman? kekajaan bumi Indonesia diexport dan barang2 dagangan dimasukkan ke Indonesia, As dari Djakarta ke Palembang ialah as vital dari perekonomian jang kolonial. Garis itu melukiskan sedjarah, pertumbuhan dan kenjataan dari lmperialisme jang selama itu meradjalela di negeri kita. As tersebut bukan garis kebesaran kita tetapi garis kelumpuhan kita jang merupakan symbool.
Singapore-Amsterdam
Selama riwajatnja maka kota Djakarta dari pintu-gerbang Moerdjangkoeng telah tumbuh setjara chaotis mendjadi suatu Metropolis jang tak karuan udjudnja. Suasana Shanghay, Rotterdam, Chicago dan Udik bertjampur dengan tindih-menindih dan menjedihkan, dimana, kebesaran Indonesia hanja dapat hidup dikebun Bogor atau di gedung Artja.
Suasana di Ibu Kota mengandung anasir-anasir masseficatie seperti digambarkan oleh Lewis Mumford dalam bukunja "The culture of cities" dan oleh Hendrik de Man dalam bukunja "Vermassung und kulturverfall", dimana konglomerat dari penduduknja jang heterogeen itu tidak dapat mentjapai kesatuan pendirian hidup ketjuali pengedjaran kebendaan setjara cynis dan dimana segala pernilaian jang luhur sangat merosotnja.
Berhubung riwajatnja, maka Djakarta bukanlah serupa London, Paris atau Berlin jang sebagai Ibu Kota benar2 merupakan pusat Nasional jang menentukan gaja dan gerik kebudajaan Negara. Riwajat Nasional tidak dapat dibuat di Djakarta, karena tidak ada dasarnja. Pemerintah mudah mendjadi birokrasi parasitan jang tenggelam dalam suasana serba-dagang dan mendjauhi dan kebutuhan riel dari penduduk, sehingga kurang dipatuhi dan menurunkan perbawa Negara.
Letak kota Malang djuga lebih terbuka untuk perhubungan pada bagian2 dunia baru, jaitu Amerika, Russia, Asia-Timur dan Australia, jang membuka kemungkinan2 besar sekali untuk hari kemudian. Dengan mudah dapat diadakan tiga pelabuhan ditiga lautan jang mengelilingi Malang, jaitu Surabaja dilaut Djawa Pasuruan dilaut Madura dan Sempu dilaut Hindia, tempat2 mana dapat menguasai djalan2 laut keluar Negara (Selat Karimata, Selat Makasar dan Selat Flores Nafura).
Demikianlah dalam garis2 besar mengenai kota Malang ditindjau dari sudut geopolitis. Tindjauan ini perlu diperdalam, sebab kita mempunjai rentjana baru, jaitu menjusun Indonesia sebagai Negara Besar dipersimpangan Benua, jang dapat mendjadi mata rantai kemakmuran dunia. Djakarta ialah penutup alam kuna jang tak sesuai lagi dengan rentjana kita sebagai Negara jang merdeka.
Langganan:
Postingan (Atom)