Geopholiticsh Malang

Posted 00.38 by Dharma Wiyata Computer in Label:

Djakarta Ibu Kota utk, penduduk 28.110.760, Malang Ibu Kota utk. Penduduk 50.277.940, Tjatjah djiwa K.D.N. tg. 1 Djanuari 1953.



Dalam artian geopolitis maka pemindahan Ibu Kota Negara dari Djakarta ke Malang itu akan mempunjai effect jang sangat besar. Boleh dikatakan bahwa peristiwa itu ibarat seorang jang berpaling muka. Hal itu perlu sekali diselidiki dengan lebih mendalam lagi. Negara kita jang karena stelsel pendjadjahan Belanda terpaksa berkiblat kebarat akan memutar mukanja kearah dirinja sendiri.



Usaha2 jang besar jang kita kerdjakan sebagai bangsa sebelum ada pendjadahan untuk mempersatukan kepulauan Nusantara telah terdjadi puntjak2 kekuasaan Negara2 di Djawa Timur, jaitu Erlangga dalam zaman Djenggala di Sidohardjo, Gadjahmada dalam zaman Modjopahit di Modjokerto dan Kertanegara dalam zaman Tumapel di Singosari. Sudah tentu usaha2 itu bukanlah merupakan aksi kebetulan atau berdasarkan alasan2 jang hanja subjectief belaka, tetapi melihat akan ulangan2 jang dikerdjakan beberapa kali selama sekira 4 abad lamanja itu, tentunja gerakan itu harus didorongkan oleh alasan2 jang objectif djuga. Factor2 objectif apakah jang menjebabkan bahwa kita dapat lebih mudah merangkaikan kesatuan Negara kita itu djustru dari daerah DjawaTimur, itulah jang perlu kita selidiki dengan benar2. Disini kita hanja dapat melukiskan dalam garis besar sadja.


Djika kita mempeladjari peta dan Negara Indonesia dengan Irian Baratnja, maka kita dapat melihat bahwa Malang letaknja lebih dekat pada daerah2 Indonesia dari pada Djakarta. Djumlah djarak dari Djakarta ketiap2 Ibu Kota daerah Swatantra ke I dan Irian Barat di Fak-fak atau Babo ialah sekira 1089 ukuran, sedang dari Malang djumlah itu hanja 972 ukuran, jaitu menurut skala dalam atlas, terpautnja ialah sedikitnja 1500
KM.

Perbedaan djarak tersebut lebih menjolok lagi djika kita bandingkan dengan daerah-daerah dalam Negara. Djika Ibu Kota Negara dipindahkan dari Djakarta ke Malang, maka jang akan ?rugi? atau akan mendjadi lebih djauh dari Pusat Negara ialah hanja Sumatra dan Djawa-Barat sadja, Sedang lain2 daerah propinsi dan Irian Barat, jaitu daerah selebihnja, malah akan mendjadi lebih dekat letaknja dari Pusat Negara.

Djarak dari Djakarta ke Semarang, Djokja, Surabaja, Bandjarrnasin, Singaradja, Makasar, Ambon dan Irian Barat jang sekarang total djumlahnja ialah 720 ukuran, akan berkurang mendjadi 480, apabila Ibu Kota berpindah ke Malang, sehingga daerah2 jang kita sebut diatas itu akan mendjadi sepertiga lebih dekat dari Pusat Negara. Kita seolah2 ?melangkah masuk? dalam wilajah Indonesia.

Pemerintah Indonesia sebagai kepala Rumah dan kepala Somah lebih pantas kiranja duduk dikamar dalam dari pada selalu diserambi muka dari Negara.

Daerah Indonesia minus Sumatra dan Djawa-Barat, jaitu daerah Negara jang luasnja sedikitnja  dari Negara dan berisikan penduduk 50.277.940 djiwa, akan mendjadi dipindahkan ke Malang. Kita akan mendekati "centrum" Negara, seperti pemindahan2 Ibu Kota New Delhi, Moskou, Ankara dan lain2. Bandar2 pelabuhan dagang ditinggalkan untuk lebih mendekati daerah.

Djakarta itu sebenarnja hanja dekat pada Djawa-Barat dan Sumatra, berpenduduk 28.110.760, jaitu daerah2 jang umumnja dahulu dizaman pendjadjahan telah mendapat perhatian jang melebihi dari daerah2 jang lain. Pemerintah di Djakarta ialah pheripheris, membelit dipetit Negara, sedang Malang ialah centristis, berakar dipungung Negara. Djakarta ialah enclave sambungan dari Den Haag jang "menghadap" pada Eropah umumnja dan "moederland" chususnja, sedang Malang berdiri tegak sebagai menara jang dapat menjinari daerah2 Negara jang begitu luas, jaitu daerah "Indonesia Baru".

Indonesia Baru tersebut jang mengandung segala kemungkinan seharusnja sebagai kekuatan Negara Nasional, sebagai halnja Sovjet Russia membangun Donetz, Magnitsgorsk, Stalingradnja dan sebagainja.

Djawa-Timur ialah pusat Indonesia. Djarak Sabang ke Malang ialah sama dengan djarak Malang ke Babo Irian Barat, jaitu 2400 KM atau sekira 8 djam dengan kapal terbang.

Palembang dan Djakarta ialah merupakan kedua lobang hidung b?rnafas bagi perekonomian kolonial, diman? kekajaan bumi Indonesia diexport dan barang2 dagangan dimasukkan ke Indonesia, As dari Djakarta ke Palembang ialah as vital dari perekonomian jang kolonial. Garis itu melukiskan sedjarah, pertumbuhan dan kenjataan dari lmperialisme jang selama itu meradjalela di negeri kita. As tersebut bukan garis kebesaran kita tetapi garis kelumpuhan kita jang merupakan symbool.
Singapore-Amsterdam

Selama riwajatnja maka kota Djakarta dari pintu-gerbang Moerdjangkoeng telah tumbuh setjara chaotis mendjadi suatu Metropolis jang tak karuan udjudnja. Suasana Shanghay, Rotterdam, Chicago dan Udik bertjampur dengan tindih-menindih dan menjedihkan, dimana, kebesaran Indonesia hanja dapat hidup dikebun Bogor atau di gedung Artja.

Suasana di Ibu Kota mengandung anasir-anasir masseficatie seperti digambarkan oleh Lewis Mumford dalam bukunja "The culture of cities" dan oleh Hendrik de Man dalam bukunja "Vermassung und kulturverfall", dimana konglomerat dari penduduknja jang heterogeen itu tidak dapat mentjapai kesatuan pendirian hidup ketjuali pengedjaran kebendaan setjara cynis dan dimana segala pernilaian jang luhur sangat merosotnja.


Berhubung riwajatnja, maka Djakarta bukanlah serupa London, Paris atau Berlin jang sebagai Ibu Kota benar2 merupakan pusat Nasional jang menentukan gaja dan gerik kebudajaan Negara. Riwajat Nasional tidak dapat dibuat di Djakarta, karena tidak ada dasarnja. Pemerintah mudah mendjadi birokrasi parasitan jang tenggelam dalam suasana serba-dagang dan mendjauhi dan kebutuhan riel dari penduduk, sehingga kurang dipatuhi dan menurunkan perbawa Negara.

Letak kota Malang djuga lebih terbuka untuk perhubungan pada bagian2 dunia baru, jaitu Amerika, Russia, Asia-Timur dan Australia, jang membuka kemungkinan2 besar sekali untuk hari kemudian. Dengan mudah dapat diadakan tiga pelabuhan ditiga lautan jang mengelilingi Malang, jaitu Surabaja dilaut Djawa Pasuruan dilaut Madura dan Sempu dilaut Hindia, tempat2 mana dapat menguasai djalan2 laut keluar Negara (Selat Karimata, Selat Makasar dan Selat Flores Nafura).

Demikianlah dalam garis2 besar mengenai kota Malang ditindjau dari sudut geopolitis. Tindjauan ini perlu diperdalam, sebab kita mempunjai rentjana baru, jaitu menjusun Indonesia sebagai Negara Besar dipersimpangan Benua, jang dapat mendjadi mata rantai kemakmuran dunia. Djakarta ialah penutup alam kuna jang tak sesuai lagi dengan rentjana kita sebagai Negara jang merdeka.


0 comment(s) to... “Geopholiticsh Malang ”

0 komentar:

Posting Komentar